Demonstrasi menentang rasisme melanda luas ke luar garis perbatasan AS

BA THI
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Selama hari-hari ini, opini umum dunia sedang menaruh perhatian kepada Amerika Serikat (AS), tempat yang sedang berlangsung demonstrasi-demonstrasi kekerasan yang serius, bertolak dari kasus 4 polisi kulit putih melakukan penindasan sehingga menewaskan seorang  laki-laki negro di negara bagian Minnesota. Akan tetapi, hal yang lebih patut dibicarakan ialah semua demonstrasi  menentang rasisme sekarang ini telah melampai garis perbatasan AS.
Demonstrasi menentang rasisme melanda luas ke luar garis perbatasan AS - ảnh 1Para demonstran di Auckland, Selandia Baru  (Foto: Xinhua/VNA) 

Orang negro yang bernama George Floyd, tinggal di Kota Minneapolis, negara bagian Minnesota telah  meninggal di rumah sakit setelah polisi kulit putih Derek Chauvin mencekikkan lutut di kuduknya  selama lebih dari 9 menit dalam penangkapan dengan tuduhan menggunakan uang palsu pada tanggal 25 Mei. Tanpa memperdulikan perihal Kepolisian Minneapolis telah segera memecat Chauvin dan tiga polisi lain yang bersangkutan dengan penangkapan ini, semua demonstrasi untuk mengutuk kasus ini terus-menerus terjadi, melanda luas dan semakin kehilangan kendali.

 

Demonstrasi menentang rasisme merebak di seluruh AS

Hingga kini, lebih dari 40 kota di AS telah mengenakan perintah jam malam di antara total 140 kota di seluruh AS yang terjadi demonstrasi menentang rasisme dan berubah menjadi kekerasan. Kira-kira 5.000 serdadu Garda Nasional telah dikerahkan ke Washington DC dan 15 negara bagian untuk menjamin keamanan, sementara itu, 2.000 serdadu diletakkan dalam situasi siap siaga tempur dan melakukan intervensi. Ini untuk pertama kalinya sejak tahun 1968, waktu dimana pendeta AS berketurunan Afrika, Martin Luther King dibunuh, perintah jam malam dikenakan di banyak kota di AS seperti itu.

Dalam menghadapi kenyataan ini, pada tanggal 1 Juni, mantan Presiden AS, Barack Obama telah harus bersuara. Dalam artikelnya di fondasi penerbitan online “Medium”, mantan Presiden AS ini mengutuk tindakan kekerasan dalam semua demonstrasi dan menekankan bahwa semua demonstrasi ini hanya menjadi efektif ketika usulan mereka menjadi kebijakan, turut mencegah kasus-kasus kematian seperti Floyd. Pada hari yang sama, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Guterres juga mengimbau kepada warga AS supaya melakukan  demonstrasi dengan moderat, bersamaan itu, meminta kepada pimpinan negara ini supaya mengekang diri dan mendengarkan pendapat warga. Dari Kanada, Perdana Menteri Justin Trudeau memberitahukan bahwa warga Kanada memengalami  “kejutan” atas situasi demonstrasi kekerasan di AS.

Menurut komunikasi dan banyak saksi mata, situasi demonstrasi kekerasan sekarang ini  buruknya  belum pernah ada dalam sejarah AS modern. Akan tetapi, beberapa pendapat bahkan memperingatkan bahwa hal yang paling buruk masih berada di depan, menyindir masalahnya yang bisa berlangsung secara lebih rumit dan lebih sulit diduga pada hari-hari mendatang. Yang lebih diperhatikan ialah demonstrasi menentang rasisme sekarang ini telah mulai melampaui garis perbatasan AS, melanda ke banyak negara di kawasan dan dunia.

 

Melanda ke banyak negara

Pada tanggal 1 Juni, di Kota Auckland, Selandia Baru, kira-kira 2.000 orang telah melakukan pawai di depan Konsulat AS, memekikkan slogan-slogan “Tanpa ada keadilan, tanpa perdamaian” dan mengimbau supaya memperhatikan kehidupan kaum orang negro. Kita-kira 500 orang telah  turun ke jalan untuk melakukan pawai di Kota Christchurch, Selandia Baru. Di Inggris, ratusan orang telah berkumpul di Lapangan Trafalgar di Ibukota London, memekikkan slogan mendukung kesetaraan dan perdamaian sebelum meneruskan pawainya ke Gedung Parlemen dan berhenti di luar Kedutaan Besar AS. Sedangkan di Jerman, ratusan demonstran telah berkumpul di luar Kedutaan Besar AS di Ibukota Berlin dan memekikkan slogan “Keadilan bagi George Floyd”.

Khususnya, di Kanada, pada tanggal 31 Mei sore, waktu lokal, ribuan orang telah berkumpul di Markas Kepolisian Kota Montreal untuk melakukan demonstrasi menentang situasi kekerasan etnis. Para penyelenggara demonstrasi ini memberitahukan bahwa tujuan aktivitasnya ialah memanifestasikan solidaritas dengan gerakan menentang rasisme di AS. Sehari sebelumnya, kira-kira 4.000 orang Kanada di Kota Toronto juga melakukan demonstrasi untuk menentang situasi rasisme dan diskriminasi suku. Yang patut diungkapkan ialah bentrokan telah terjadi dalam beberapa demonstrasi dan banyak demonstran telah ditangkap.

Sementara itu, banyak imbauan melakukan demonstrasi untuk menentang rasisme juga sedang disebarkan di banyak negara Eropa, Amerika, Asia dan sebagainya untuk menyatakan solidaritas dengan berbagai demonstrasi menentang rasisme di AS. Beberapa sumber berita memprediksi bahwa demonstrasi menentang rasisme yang diilhami oleh berbagai demonstrasi di AS, akan terus melanda luas ke banyak kawasan dan negara di dunia pada hari-hari mendatang.

Menurut kalangan analis, respon berbagai demonstrasi menentang rasisme di AS yang disebarkan ke ke negara-negara menunjukkan bahwa masalah rasisme tetap selalu merupakan tema yang teramat sensitif dan merupakan perhatian besar bagi massa rakyat dan opini umum internasional. Walaupun masih ada banyak aspek yang harus dibahas seperti masalah kekerasan, huru hara, tapi jelaslah bahwa hasrat perjuangan demi perdamaian, kesetaraan dan keadilan tetap selalu ada di dunia ini.  

Komentar