Pendidikan sebagai Pintu Masa Depan bagi Rakyat Daerah Pegunungan

Thuy Lan – Thu Hoa
Chia sẻ
(VOVWORLD) - Agar  warga etnis minoritas di daerah pegunungan mengubah pemahaman, mengganti pola pikir, cara bertindak, selangkah demi selangkah terbebas dari kelaparan dan kemiskinan, serta bangkit untuk mencapai kehidupan yang cukup sandang cukup pangan, maka Pemerintahan Kabupaten Sop Cop, Provinsi Son La pertama-tama membuat mereka melek aksara. 

Oleh karena itu, seiring dengan menggerakkan anak-anak pergi ke sekolah dan melaksanakan wajib belajar sesuai dengan  usia, kabupaten ini aktif membuka kursus-kursus baca-tulis untuk orang-orang buta aksara dengan kekuatan poros yang terdiri dari satuan-satuan tentara di wilayah itu.

Pendidikan sebagai Pintu Masa Depan bagi Rakyat Daerah Pegunungan - ảnh 1 Ilustrasi (Foto: VOV)

Lebih dari 2.500 warga telah bebas dari buta aksara dalam waktu  4 tahun ini di Kabupaten Sop Cop. Angka yang berbicara, menunjukkan tekad dan upaya keras yang paling tinggi Komite Partai Komunis, pemerintahan berbagai tingkat di kabupaten perbatasan yang menghadapi kesulitan dalam penyelenggaraan pemberantasan buta aksara.

Tong Thi Quyen, Wakil Ketua Seksi Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Sop Cop menjelaskan, pada 2015 di Sop Cop masih terdapat kira-kira 4.500 orang di antara 28.000 orang dalam usia sekolah masih buta aksara. Hal ini menjadi rintangan besar bagi proses perkembangan sosial-ekonomi keluarga dan daerah.

Memaknai pentingnya masalah buta aksara, selama bertahun-tahun Kabupaten Sop Cop telah menaruh perhatian dalam membuka kursus-kursus pemberantasan buta aksara di berbagai kecamatan dan dukuh di daerah setempat. Agar upaya pemberantasan buta aksara mencapai keberhasilan yang tinggi, menjadi gerakan yang tersebar luas, Kabupaten Sop Cop telah membentuk Badan Pengarah Urusan Pemberantasan Buta Aksara dari tingkat kabupaten sampai tingkat kecamatan dan dusun. Setiap anggota badan ini harus langsung datang ke kepala keluarga untuk melakukan propaganda  tentang kerugian-kerugian kalau tidak melek aksara, serta manfaat dari belajar aksara. Tong Thi Quyen mengatakan:

“Kami akan menunjukkan kerugian yang mereka alami, mengapa mereka memelihara sapi yang beratnya lebih ringan, karena mereka tidak melek aksara, dan juga terjadi kasus seorang ibu yang telah memberikan salah obat kepada anaknya karena tidak melek aksara. Ke dua, kami juga menunjukkan bahwa mengapa menanam padi namun produktivitasnya tidak sebaik jika dibandingkan dengan produktivitas orang lain. Sebabnya, karena mereka melek aksara, maka bisa mencari tahu tentang bibit, cara menggunakan pupuk dan sebagainya.”

Dari kenyataan di wilayah  perbatasan yang mengalami banyak kesulitan, dan sumber daya manusia masih terbatas, Kabupaten Sop Cop menetapkan akan berkoordinasi dengan unit-unit bersenjata yang berkedudukan di wilayah untuk menyelenggarakan kursus-kursus pemberantasan buta aksara. Letnan Kepala Tran Manh Cuong, Wakil Kolonel Rombongan Ekonomi-Pertahanan 326, KODAM II, mengatakan bahwa melaksanakan program koordinasi dengan kabupaten dan menggelar proyek dengan tajuk: “Memperkuat Cendekiawan Muda Bekerja secara Sukarela di Zona-Zona Ekonomi Pertahanan Tahap 2010-2020”, setiap tahun, unit-nya menempatkan para perwira dan mengerahkan para kader untuk langsung mengajarkan baca-tulis kepada warga etnis minoritas. Khususnya awal tahun ini sampai sekarang, rombongan tersebut telah berkoordinasi dengan Sesi Pendidikan-Pelatihan Kabupaten Sop Cop dan Badan Pengarah Urusan Pemberantasan  Buta Aksara  melakukan pemberantasan buta aksara di berbagai kecamatan seperti: Muong Lan, Muong Va, Sam Kha, dan membuka 5 kursus pemberantasan buta aksara kepada 125 orang. Ia mengatakan:

“Sekarang, ada banyak warga etnis minoritas telah menamatkan  kursus-kursus pemberantasan buta aksara yang diselenggarakan Rombongan 326. Sejak  melek aksara, kehidupan mereka telah mengalami banyak perubahan. Sebelumnya, ketika mereka belum melek aksara dan tidak paham bahasa Vietnam,  kami menjumpai banyak kesulitan untuk menjelaskan semua isi kegiatan kepada mereka.”

Sekretaris Komite Partai Komunis, Komisaris Politik Pos Prajurit Penjaga Perbatasan Nam Lanh, Mayor Kepala Lo Van Binh menjelaskan, selain melaksanakan tugas menjaga kedaulatan dan keamanan perbatasan secara mantap, selama ini unit tersebut telah mengerahkan dua perwira ikut serta pada kursus-kursus perguruan. Dengan demikian, setiap tahun unit ini berkoordinasi menyelenggarakan dua kursus pemberantasan  buta aksara di wilayah operasinya. Hingga sekarang Pos ini masih mempertahankan dua kursus pemberantasan buta aksara di dusun Hua Lang dan Huoi Hia, Kecamatan Nam Lanh. Ia mengatakan:

“Mendapat pengajaran aksara yang dilaksanakan Sesi Pendidikan dan Pelatihan dengan Prajurit Penjaga Perdamaian, warga etnis minoritas sangat rajin belajar. Setelah melek aksara, mereka menerapkan ilmu pengetahuan tentang teknik peternakan dan cocok-tanam untuk mengembangkan ekonomi. Khususnya baru-baru ini, mereka telah menerapkan teknik penanaman pohon buah-buahan di lereng gunung. Pola itu telah memberikan banyak manfaat.”

Dari tekad dan sinergi dari seluruh sistem politik, dari tingkat kabupaten sampai tingkat kecamatan dan dukuh, persentase warga  berusia 15-60 tahun yang belum melek aksara di Sop Cop telah turun cepat. Namun, menurut data statistik sampai awal tahun 2020, di Sop Cop terdapat lebih dari 3.700 orang yang belum melek aksara dan kembali buta aksara. Oleh karena itu, dengan solusi yang gigih dan fleksibel Sop Cop di waktu mendatang akan bertekad melaksanakan secara efektif program pemberantasan buta aksara dan memberantas kembali buta aksara. Wakil Ketua Komite Rakyat Kabupaten Sop Cop, Tong Thi Kien mengatakan:

“Komite Rakyat Kabupaten akan terus melakukan propaganda tentang tujuan dan makna usaha belajar. Khususnya akan menggerakkan setiap warga yang masih mengalami buta aksara untuk pergi ke kursus tersebut. Kami akan mengatur barisan guru di tingkat sekolah menengah atas yang mengajar di kelas utama sekaligus ikut serta dalam kursus-kursus pemberantasan buta aksara. Setelah itu terus berkoordinasi dengan unit-unit bersenjata di kabupaten untuk melaksanakan tugas ini. Selain itu, kabupaten akan mengimbau berbagai organisasi dan perseorangan agar para dermawan ikut serta melakukan sosialisasi dalam program pemberantasan buta aksara di kabupaten ini”.

Seiring dengan usaha pemberantasan buta aksara, setiap tahun Sop Cop akan menaruh perhatian lebih lanjut lagi dalam menggerakkan anak-anak usia sekolah supaya pergi ke sekolah dan melaksanakan program wajib belajar sesuai dengan usia di semua tingkat. Karena melek aksara, warga etnis minoritas bisa mengubah pola pikir, cara bertindak, dan menegakkan kehidupan yang cukup sandang, cukup pangan, dan berbahagia, serta bersama-sama menjaga dan membela kedaulatan perbatasan Tanah Air yang suci.

Komentar