Di tengah hutan daerah Tay Bac (Daerah Barat Laut, Vietnam Utara), jiwa nila masih sedalam dan seutuh seperti rasa cinta dari masyarakat dan bumi ini.
Kain line diwarna nila (Foto: Khac Kien - VOV Tay Bac) |
Sejak dini pagi, para perempuan masyarakat etnis minoritas Mong, di dusun Lao Ty Phung, Kecamatan Tan Phong, Provinsi Son La telah bangun untuk mempersiapkan proses pewarnaan nila. Di tengah perkembangan kehidupan, kerajinan tradisional pewarnaan nila di daerah ini tetap dilestarikan secara utuhnya sebagai bagian dari kehidupan.
Dusun Lao Ty Phung mempunyai lebih dari 100 keluarga masyarakat etnis minoritas Mong, ada 85 rumah tangga yang masih menjalankan kerajinan pewarnaan nila. Semua tahapan pewarnaan nila dilaksanakan sepenuhnya secara manual, mulai dari memaneni pohon rami di hutan, mengupas kulit kayu, menumbuk untuk mendapatkan serat, memintal, merebus, kemudian menenun. Pohon nila (nama ilmiah Fabaceae) direndam dalam air selama sepekan sehingga mendapatkan larutan kental yang berwarna biru-kehitaman. Ketika pewarnaan, kain akan diserap dalam larutan kental tersebut.
Untuk memiliki pakaian yang indah maka kain harus diwarnai secara berulang kali, dikeringkan dan kemudian dicat menggunakan canting, disulam dengan pola, dipotong dan dijahit untuk menciptakan bentuk yang diinginkan. Bapak Ho A Su, Wakil Kepala dusun Lao Ty Phung memberitahukan:
“Proses pembuatan kain masyarakat etnis minoritas Mong membutuhkan banyak tahap. Kami sedang mempropagandakan masyarakat untuk melestarikan ciri budaya etnis. Kita Harus melestarikan kebudayaan tersebut agar pengunjung dapat mengagumi keindahan budaya tersebut”.
Dalam perkembangan masyarakat, etnis-etnis minoritas masih mempertahakan kerajinan tradisional (Foto: Khac Kien/VOV Tay Bac) |
Masyarakat semakin berkembang dan pakaian-pakaian tradisional dari masyarakat etnis minoritas Mong juga diperbarui menjadi suvenir untuk wisatawan. Tetapi, bagi masyarakat etnis minoritas Mong di Dusun Lao Ty Phung, Kecamatan Tan Phong dan banyak desa masyarakat etnis minoritas Mong yang lain di daerah pegunungan Lai Chau, mereka masih memilih kain tradisional buatan tangan. Karena mereka tidak hanya menggunakan pakaian yang indah saja, tapi untuk mengingatkan anak-cucunya tentang kerajinan tradisional, satu simbol budaya yang tidak bisa digantih. Bapak Le Xuan Dung, Wakil Ketua Komite Rakyat Kecamatan Tan Phong memberitahukan:
“Tradisi pewarnaan nila dari masyarakat etnis minoritas Mong biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus setiap tahun. Selain pewarnaan nila untuk keperluan rumah tangga sekarang warga juga menjual nila untuk memperoleh pendapatan keluarga. Komite Rakyat Kecamatan akan terus menggerakan dan mempropagandakan masyarakat guna melestarikan identitas budaya tradisional agar selaras dengan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Di antaranya, kerajinan pewarnaan nila akan diperhatikan untuk menciptakan pengalaman langsung kepada wisatawan”.
Melestarikan kerajinan juga melestarikan jiwa dukuh, jiwa bangsa dan melestarikan warna nila juga melestarikan warna budaya masyarakat etnis minoritas Mong di Provinsi Lai Chau. Ketika warga etnis minoritas mengenakan pakaian brokat untuk pergi ke pasar, ke kota, atau dipasarkan kepada wisatawan, itu juga justru membawa jauh budaya nasional ke seluruh dunia. Dan kerajinan pewarnaan nila, satu kerajinan kuno tapi belum pernah lama, melainkan tetap terus diam-diam berkontribusi pada perkembangan sosial-ekonomi daerah pegunungan Lai Chau dewasa ini.